Menkominfo Minta Aplikasi Logistik Dikembangkan

 

Aplikasi cargo centrals untuk memfokuskan pada masalah logistik  | PT. Equityworld Futures Pusat

Rudiantara mengatakan, pemerintah terus berpacu membangun infrastruktur transportasi, baik jalan raya, pelabuhan, bandara, tol laut serta sarana infrastruktur lainnya. Begitu pula dengan upaya pemberantasan pungli di berbagai instansi.

Untuk itu, Rudiantara mengapresiasi adanya aplikasi cargo centrals yang memfokuskan pada masalah logistik. Ia berharap muncul banyak aplikasi terkait hal ini, sehingga logistik menjadi lebih efisien.

Ia mengatakan, biaya logistik di Indonesia mencapai 25 persen dari GDP Indonesia. Angka tersebut, lebih tinggi dibandingkan negara-negara maju, bahkan negara tetangga Malaysia yang kini berada di angka belasan persen.

“Kalau negara-negara yang baik itu tidak lebih dari 15 persen, antara 11 sampai 15 persen,” kata Rudiantara saat peresmian platform aplikasi untuk logistik, cargo centrals, di Kemenkominfo seperti dikutip dari Antara, Jakarta, Rabu, 26 Oktober 2016.

Sementara biaya logistik, menurut Rudiantara, terdiri dari tiga komponen, transportasi, inventory ataupenyimpanan dan administrasi. Inventory merupakan komponen terbesar dalam sektor logistik.

Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara mendorong pengembangan aplikasi untuk logistik guna meningkatkan efisiensi biaya.

Hal inilah yang, menurut dia, dapat menjadi perhatian bagi para pengembang aplikasi. Melalui aplikasi yang tepat, maka biaya logistik dapat diturunkan, berbagai biaya yang tidak perlu dapat dihilangkan baik pungli maupun calo karena transparan.

Aplikasi Cargo Central Memperpendek Rantai Distribusi yang Merugikan  | PT. Equityworld Futures Pusat

Aplikasi Cargo Central sudah terdapat 10 maskapai penerbangan yang tergabung di dalam aplikasi tersebut. Ditargetkan kedepannya akan ada sebanyak 34 airlines yang bergabung.

Asumsinya, jika GDP di Indonesia sekitar US$900 miliar, maka biaya logistik sendiri bisa mencapai US$200 miliar. Idealnya antara 11% hingga15%. Melihat itu Amartha Development menciptakan aplikasi Cargo Central yang bisa dioperasikan melalui smartphone. Karena aplikasi ini sudah bisa diunduh di Apps Store dan Google Play Store

Aplikasi ini bertujuan memutus panjangnya rantai distribusi barang, yang selama ini menjadi masalah di Indonesia. Menurut Harri Dwijaya Pendiri Amartha Development pembuat Cargo Central dalam keterangan resminya menjelaskan, aplikasi Cargo Central semacam platform yang bisa digunakan oleh siapa saja. Siapa pun bisa melakukan pemesanan untuk pengiriman barang hanya melalui aplikasi ini.

“Selain memperpendek rantai distribusi, aplikasi ini juga bisa meminalisir percaloan di bandara yang terbilang sangat kritis dan merugikan banyak agen cargo,” ungkap Harri

Lebih jauh dia menututkan, setelah e-ticketing berhasil memutus percaloan, saatnya hal serupa dilakukan pada jasa cargo. Dengan adsnya aplkasi Cargo Central diharapkan masyarakat Indonesia bisa langsung booking melalui perangkat mobile.

Logistik saat ini masih memiliki biaya tinggi dan belum efisien. Proporsi biaya logistik mencapai 25% dari Gross Domestic Product (GDP). Angka tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan dengan negara maju, bahkan negara tetangga Malaysia.

Untuk menggunakan jasa pelayanan ini, pengguna perlu melakukan pemesanan layaknya memesan tiket pada umumnya. Setelah masuk ke aplikasi, pengguna cukup memilih airlines, kemudian pilih harga, pilih tanggal keberangkatan, print nomor SMU atau nomor tiket.

Aplikasi Cargo Centrals Diharap Perangi Calo dan Pungli  | PT. Equityworld Futures Pusat

Chief Executive Officer (CEO) Amarta Development, Herry Dwijaya mengaku perusahaannya sengaja mengembangkan aplikasi Cargo Centrals ini untuk mempermudah siapa pun untuk mengirim kargo dari bandara ke bandara di seluruh Indonesia. Herry meyakini, dengan aplikasi ini, Amarta Development bisa menghemat hingga 20 persen biaya logistik khusus di udara.

Dia mengatakan, 25 persen Gross Domestic Product (GDP) atau Produk Domestik Bruto (PDB) nasional berasal dari logistik. “Kalau asumsi GDP kita adalah US$900 miliar, 25 persennya adalah sekitar US$200 miliar lebih,” kata Rudiantara, dalam keterangannya, Kamis, 27 Oktober 2016.

“Aplikasi Cargo Centrals sudah bisa diunduh di Google Play, App Store dan di situs Cargo Centrals,” ujar dia. Saat ini, penerapan aplikasi tersebut tersedia di 10 bandara besar di Indonesia dan targetnya 34 bandara.

Angka GDP nasional itu tergolong tinggi dibanding negara lain. Jika dibandingkan dengan negara lain seperti Amerika Serikat, Singapura, dan Malaysia, biaya logistik di Indonesia hanya sekira 11 hingga 13 persen dari GDP. Dengan kondisi itu, Rudiantara pun menegaskan biaya logistik wajib ditekan.

“Kalau kita lihat dari 25 persen itu, saya punya hitung-hitungan sendiri, 11,8 persen itu (biaya) transportasi dan 12 persen lebih itu (biaya) inventory dan administrasi, satu persen lebih,” ucap pria yang akrab disapa Chief RA itu. Rudiantara mengaku belum tentu biaya transportasi yang membuat biaya logistik membengkak. Dia menduga, bisa saja berasal dari inventory dan juga administrasi.

Untuk itu, dia berharap kehadiran aplikasi itu bisa menyelesaikan problem yang berkaitan dengan inventory. “Mudah-mudahan dengan aplikasi ini, yang baru pertama kali, jangan takut berkompetisi. Saya ajak yang lain juga mengembangkan. Karena berkompetisi itu indah,” kata Rudiantara.

Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara meresmikan peluncuran aplikasi Cargo Centrals. Rudiantara berharap dengan peluncuran ini dapat menekan biaya logistik dan bisa memotong kompas maupun meminimalkan praktik pungutan liar (pungli), dan tercipta efisiensi biaya logistik tercipta.

Soal keunggulan aplikasi, Chief Operating Officer (COO) Amarta Development, Ferry Nursuadi menuturkan, yaitu menawarkan kemudahan memilih penerbangan, kepastian biaya kirim serta jadwal keberangkatan kargo dan cetak dokumen atau surat muatan udara (SMU/AWB) dalam waktu singkat.

 

PT Equityworld

Leave a comment